Cute Blinking Unicorn Purple Angel Wing Heart
Kanker paru-paru adalah kondisi ketika sel ganas (kanker) terbentuk di paru-paru. Kanker ini lebih banyak dialami oleh orang yang memiliki kebiasaan merokok dan merupakan satu dari tiga jenis kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia.
Walaupun sering terjadi pada perokok, kanker paru-paru juga bisa terjadi pada orang yang bukan perokok, terutama pada orang yang sering terpapar zat kimia di lingkungan kerjanya atau terpapar asap rokok dari orang lain.
Kanker Paru-paru-Alodokter

Gejala Kanker Paru-Paru

Semakin awal diketahui, keberhasilan pengobatan juga semakin tinggi. Namun sayangnya, kanker paru-paru sering tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul ketika tumor sudah cukup besar atau kanker telah menyebar ke jaringan dan organ sekitar. Sejumlah gejala yang dapat dirasakan penderita kanker paru-paru adalah:

Faktor Risiko Kanker Paru-paru

Kebiasaan merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, sehingga sebagian besar penderitanya adalah perokok aktif. Meskipun demikian, orang yang tidak merokok juga dapat terkena kanker paru-paru.
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru adalah:
  • Memiliki anggota keluarga yang juga menderita kanker paru-paru
  • Tinggal atau bekerja di lingkungan yang tercemar zat kimia berbahaya
  • Sering terpapar polusi udara
  • Pernah menjalani radioterapi

Diagnosis Kanker Paru-paru

Diagnosis kanker paru-paru dapat dilakukan melalui foto Rontgen, CT scan, dan biopsi jaringan paru. Dari ketiga pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan jenis dan stadium kanker. Bila diperlukan, dokter paru dapat melakukan PET scan untuk melihat penyebaran kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan Kanker Paru-paru

Penanganan utama terhadap kanker paru-paru stadium awal adalah melalui operasi. Jika kanker telah mencapai stadium lanjut, maka penanganan dapat dilakukan dengan radioterapi dan kemoterapi.
Selain itu, ada beberapa jenis pengobatan lain untuk menangani kanker paru-paru, yaitu terapi target, terapi ablasi, terapi fotodinamik, dan krioterapi.

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi pemicu di atas, maka otot-otot saluran pernapasan penderita asma akan menjadi kaku dan membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi dahak yang menjadikan napas terasa berat.
Asma-alodokter

Penderita asma di Indonesia

Laporan riset kesehatan dasar oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 memperkirakan jumlah pasien asma di Indonesia mencapai 4.5 persen dari total jumlah penduduk. Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat penderita asma terbanyak sebanyak 7.8 persen dari total penduduk di daerah tersebut.
Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014, angka kematian akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77 persen dari total jumlah kematian penduduk. Setelah dilakukan penyesuaian umur dari berbagai penduduk, data ini sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 di dunia perihal kematian akibat asma.

Diagnosis asma

Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit asma, maka dokter perlu melakukan sejumlah tes. Namun sebelum tes dilakukan, dokter biasanya akan mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai gejala apa saja yang dirasakan, waktu kemunculan gejala tersebut, dan riwayat kesehatan pasien serta keluarganya.
Jika seluruh keterangan yang diberikan pada pasien mengarah pada penyakit asma, maka selanjutnya dokter bisa melakukan tes untuk memperkuat diagnosis, misalnya:
  • Spirometri
  • Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE)
  • Uji Provokasi Bronkus
  • Pengukuran Status Alergi
  • CT Scan
  • Rontgen
Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat usianya lebih dewasa. Namun gejala asma yang tergolong menengah atau berat di masa kanak-kanak, akan cenderung tetap ada walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.

Pengobatan asma

Ada dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma, yaitu meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh. Untuk mendukung tujuan tersebut, diperlukan rencana pengobatan dari dokter yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Rencana pengobatan meliputi cara mengenali dan menangani gejala yang memburuk, serta obat-obatan apa yang harus digunakan.
Penting bagi pasien untuk mengenali hal-hal yang dapat memicu asma mereka agar dapat menghindarinya. Jika gejala asma muncul, obat yang umum direkomendasikan adalah inhaler pereda.
Bilamana terjadi serangan asma dengan gejala yang terus memburuk (secara perlahan-lahan atau cepat) meskipun sudah ditangani dengan inhaler atau obat-obatan lainnya, maka penderita harus segera mendapatkan penanganan di rumah sakit. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa saja membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis, peradangan pada saluran napas yang sudah berlangsung lama dan berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen.

Komplikasi asma

Berikut ini adalah dampak akibat penyakit asma yang bisa saja terjadi:
  • Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi).
  • Menurunnya performa di sekolah atau di pekerjaan.
  • Tubuh sering terasa lelah.
  • Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak.
  • Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon dengan terapi normal).
  • Pneumonia.
  • Gagal pernapasan.
  • Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru.
  • Kematian.

Mengendalikan penyakit asma

Jika Anda kebetulan mengidap asma atau hidup dengan asma sejak lama, jangan cemas dengan kondisi ini karena asma merupakan penyakit yang masih dapat dikendalikan asalkan Anda:
  • Mengenali dan menghindari pemicu asma.
  • Mengikuti rencana penanganan asma yang dibuat bersama dokter.
  • Mengenali serangan asma dan melakukan langkah pengobatan yang tepat.
  • Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara teratur.
  • Memonitor kondisi saluran napas Anda.
Jika penggunaan inhaler pereda asma reaksi cepat makin meningkat, segera konsultasikan kepada dokter agar rencana penanganan asma Anda disesuaikan kembali. Selain itu, disarankan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia secara teratur untuk mencegah memburuknya penyakit asma yang disebabkan kedua penyakit tersebut.
  
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosisTBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
alodokter-tuberkulosis2

Gejala Tuberkulosis

Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:

Pengobatan Tuberkulosis

TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).
TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:
  • Isoniazid
  • Rifampicin
  • Pyrazinamide
  • Ethambutol
Pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, memiliki asuransi kesehatan bisa menjadi pertimbangan, sehingga Anda tidak perlu dipusingkan dengan tanggungan biaya saat berobat nanti.

Pencegahan Tuberkulosis

TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:
  • Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.
  • Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
  • Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.

Apa itu pneumonia viral?

Pneumonia adalah infeksi paru-paru. Untuk penyakit pneumonia virus, infeksi disebabkan oleh virus, terutama virus influenza karena virus ini dapat melemahkan pertahanan paru-paru.

Seberapa umumkah pneumonia viral?

Orang dari segala usia dapat terserang penyakit ini. Perokok, orang tua, dan mereka yang mengidap penyakit paru-paru kronis paling berisiko terserang pneumonia. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena kemoterapi secara khusus berisiko terjangkit pneumonia sitomegalovirus.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala pneumonia viral?

Gejala meliputi demam, menggigil, batuk, sesak napas, nyeri dada, nyeri otot, kelelahan, dan kurang nafsu makan. Pilek, iritasi mata, sakit tenggorokan, dan gangguan pada saluran pernapasan luar (seperti ruam) juga bisa terjadi.
Kemungkinan terdapat tanda-tanda atau gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda mempunyai kekhawatiran tertentu mengenai gejala, silakan konsultasikan dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Temui dokter Anda jika Anda kesulitan bernapas, nyeri dada, demam (39°C atau lebih tinggi) dan batuk terus-menerus, terutama batuk berdahak.

Penyebab

Apa penyebab pneumonia viral?

Penyebab utama ialah virus influenza, virus respiratory syncytial, adenovirus, virus parainfluenza, dan virus varicella. Virus juga dapat berpindah langsung ke hidung, mulut, atau mata melalui tangan yang menyentuh sesuatu yang terkontaminasi virus.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk pneumonia viral?

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko terkena pneumonia viral, antara lain:
  • Anda menderita penyakit kronis
  • Sistem kekebalan tubuh yang melemah atau menurun
  • Merokok
  • Dirawat di rumah sakit
Apabila Anda tidak memiliki faktor risiko di atas, bukan berarti Anda tidak bisa terkena pneumonia viral. Faktor-faktor tersebut hanya sebagai referensi saja. Anda harus berdiskusi dengan dokter Anda untuk lebih jelasnya.

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk pneumonia viral?

Anda bisa mendapatkan obat antivirus, tergantung pada jenis virus dan seberapa parah gejala yang timbul. Pneumonia viral pada orang sehat akan hilang dalam 1 sampai 2 minggu, tapi batuk dan rasa lemas bisa berlangsung selama berminggu-minggu. Pneumonia viral bisa menjadi ancaman serius dan menyebabkan kematian pada orang yang memiliki penyakit medis lainnya.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk pneumonia viral?

Agak sulit untuk menentukan apakah penyebabnya memang virus dan virus jenis apa yang menyebabkan pneumonia. Banyak infeksi virus yang menunjukkan gejala serupa dan hanya terdapat beberapa tes diagnostik. Dokter biasanya mendiagnosis pneumonia dengan menggunakan pemeriksaan dada, penggunaan sinar-X, dan tes darah serta sekresi pernapasan. Tes darah dan dahak dilakukan untuk memastikan tidak adanya infeksi bakteri.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pneumonia viral?

Berikut gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi penumonia viral.
  • Katakan kepada dokter mengenai seluruh masalah kesehatan Anda
  • Katakan kepada dokter mengenai obat-obatan yang Anda gunakan, baik dengan atau tanpa resep dokter
  • Hubungi dokter jika kesehatan Anda kembali memburuk atau tidak kunjung membaik setelah 2-3 hari
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil
  • Hubungi dokter segera atau pergi ke IGD jika sesak napas Anda bertambah buruk
  • Keluarkan dahak sebanyak mungkin
  • Gunakan humidifier di dalam kamar Anda sehingga Anda dapat menghirup udara hangat yang membantu menghilangkan dahak
  • Minumlah cukup air sehingga Anda terhindar dari dehidrasi
  • Gunakan acetaminophen atau aspirin (kecuali pada anak-anak) untuk mengatasi demam dan nyeri
  • Hubungi dokter jika Anda berpikir bahwa Anda memiliki pneumonia bila mengalami demam, terlalu banyak dahak, sering sesak napas, atau nyeri dada
Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan atau faring. Kondisi ini disebut juga radang tenggorokan, yang ditandai dengan tenggorokan terasa nyeri, gatal, dan sulit menelan.
Faringitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Beberapa jenis virus yang bisa menyebabkan faringitis adalah influenza, rhinovirus, dan Epstein-Barr. Walaupun lebih sering disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri golongan Streptococcus juga bisa menyebabkan faringitis.
Faringitis

Virus dan bakteri penyebab faringitis sangat mudah menyebar lewat udara, misalnya lewat butiran air ludah dari batuk penderita yang terhirup.

Gejala Faringitis

Faringitis biasanya baru menimbulkan gejala sekitar 2-5 hari setelah penderita terkena infeksi. Beberapa gejala yang bisa timbul saat seseorang menderita faringitis, antara lain:
Selain itu, gejala lain yang bisa timbul adalah suara parau dan batuk. Jika infeksi meluas ke amandel atau tonsil bisa terjadi peradangan dan pembengkakan pada amandel.

Kapan harus ke dokter

Periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala faringitis yang telah disebutkan di atas terutama bila gejala tidak membaik dalam 1 minggu, atau disertai dengan kesulitan menelan, kesulitan bernapas, muncul ruam di kulit, hingga kesulitan membuka mulut.
Orang yang memiliki riwayat sinusitis, alergi, atau penyakit asam lambung, lebih berisiko mengalami faringitis. Oleh karena itu, bila Anda menderita salah satunya, periksakan diri ke dokter secara berkala untuk mengontrol kondisi kesehatannya dan mencegah faringitis.

Penyebab Faringitis

Faringitis atau radang tenggorokan paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Jenis virusnya bisa beragam namun umumnya berasal dari golongan virus influenza, adenovirus, rhinovirus, dan Epstein-Barr.
Faringitis juga bisa disebabkan oleh penyebaran infeksi dari penyakit lain, seperti pilek, flu, pertusis, campak, cacar, dan mononucleosis.
Pada beberapa kasus, faringitis juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri ini biasanya berasal dari golongan Streptococcus A. Meski jarang, bakteri lain seperti Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, dan Corynebacterium diphtheriae, juga bisa menyebabkan faringitis.
Meski kondisi ini jarang terjadi infeksi jamur Candida juga bisa menyebabkan faringitis.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami faringitis, antara lain:
  • Anak-anak berusia 3-15 tahun.
  • Sering terpapar asap rokok atau polusi.
  • Memiliki riwayat alergi, seperti alergi dingin, alergi debu, atau bulu binatang.
  • Memiliki riwayat sinusitis.
  • Sering berada di ruangan yang kering, seperti ruang ber-AC.
  • Memiliki riwayat kontak dengan orang yang sedang mengalami faringitis, termasuk tinggal bersama orang yang sedang mengalami radang tenggorokan dan bekerja di rumah sakit.
  • Sering melakukan aktivitas yang menyebabkan ketegangan pada otot tenggorokan, misalnya karena bicara atau berteriak terlalu keras.
  • Memiliki sistem imun yang lemah.
  • Menderita GERD (gastroesofageal reflux disease) atau penyakit asam lambung.

Diagnosis Faringitis

Untuk mendiagnosis faringitis, dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan dan gejala yang dialami pasien, serta menelusuri riwayat kesehatan pasien.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk memeriksa bagian telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan pasien. Pemeriksaan tenggorokan dilakukan untuk melihat adanya pembengkakan dan kemerahan di tenggorokan.
Jika diperlukan, dokter akan meminta pasien untuk melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang untuk memastikan penyebab infeksi. Pemeriksaan penunjang ini meliputi:
  • Swab tenggorokan dan kultur bakteri
    Swab tenggorokan dilakukan dengan mengambil sampel dari tenggorokan untuk selanjutnya dilakukan kultur untuk mendeteksi keberadaan bakteri di tenggorokan.
  • Tes darah
    Tes darah dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk mendeteksi adanya infeksi.

Pengobatan Faringitis

Pengobatan faringitis bertujuan untuk meredakan keluhan dan gejala, mengatasi infeksi penyebab faringitis, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Dua langkah penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan penanganan mandiri dan pemberian obat-obatan. Berikut penjelasannya:

Penanganan mandiri

Langkah penanganan mandiri yang bisa dilakukan untuk mengatasi faringitis adalah:
  • Banyak beristirahat hingga kondisi terasa lebih baik.
  • Jangan terlalu banyak berbicara terutama bila suara sedang serak.
  • Minum air putih dalam jumlah yang cukup agar tidak mengalami dehidrasi.
  • Gunakan pelembab udara (humidifier) jika udara dalam ruangan terasa kering.
  • Konsumsi makanan yang nyaman di tenggorokan, seperti sup kaldu hangat.
  • Berkumur dengan air garam hangat untuk meredakan nyeri tenggorokan.
  • Hindari paparan asap rokok dan polusi

Pemberian obat-obatan

Bila penanganan faringitis secara mandiri tidak membuat kondisi membaik dalam beberapa hari, maksimal 1 minggu, pemeriksaan ke dokter diperlukan. Dokter meresepkan beberapa jenis obat, seperti:
  • Antibiotik
    Antibiotik adalah obat untuk mengatasi infeksi bakteri. Obat ini akan diberikan jika faringitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Jenis antibiotik yang dipilih biasanya adalah penisilin dan amoxicillin. Selalu ikuti anjuran dan aturan penggunaan obat yang diberikan oleh dokter. Jangan menghentikan penggunaan obat secara sembarangan.
  • Benzocaine
    Benzocaine akan diberikan oleh dokter untuk mengatasi sakit tenggorokan dan kesulitan menelan yang sering terjadi pada faringitis. Bahan ini sering ada di obat kumur atau permen pelega tenggorokan (lozenges).
  • Paracetamol atau ibuprofen
    Paracetamol dan ibuprofen merupakan antidemam dan antinyeri. Obat-obat diberikan untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam, yang bisa terjadi selama faringitis.
Perawatan di rumah sakit dengan memberikan pasien cairan infus juga bisa menjadi pilihan penanganan faringitis bila pasien sangat sulit menelan sehingga berpotensi kekurangan nutrisi.

Komplikasi Faringitis

Faringitis umumnya tidak menimbulkan komplikasi. Namun bila kondisi terus dibiarkan tanpa penanganan, infeksi dapat menyebar dan menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:

Pencegahan Faringitis

Pencegahan faringitis dilakukan dengan menghindari penyebab dan pemicunya. Anda dapat melakukannya dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, seperti:
  • Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan, setelah ke toilet, dan setelah batuk atau bersin.
  • Jangan berbagi peralatan makan dan minum atau peralatan mandi dengan penderita faringitis.
  • Selalu tutup mulut dan hidung dengan tangan atau tisu saat batuk.
  • Jangan merokok dan hindari paparan asap rokok dan polusi.
  • Cuci mainan anak yang menderita faringitis (terutama mainan yang biasa ia masukkan ke mulut) dengan bersih.
  • Pasien faringitis sebaiknya tidak masuk sekolah atau kantor selama 1-2 hari pertama sakit untuk mencegah penularan.

Apa itu tonsilitis?

Tonsilitis, atau yang sering disebut dengan radang amandel, adalah peradangan dan pembengkakan yang terjadi pada amandel. Peradangan umumnya disebabkan oleh infeksi.
Amandel merupakan dua jaringan berbentuk oval yang terdapat di bagian belakang tenggorokan. Letak masing-masing amandel berada di sisi kiri dan kanan tenggorokan.
Tanda-tanda dan gejala yang umumnya muncul ketika terjadi peradangan pada amandel adalah sakit tenggorokan, kesulitan menelan, serta pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua sisi leher.
Tonsilitis adalah penyakit yang menular. Biasanya, penularan terjadi melalui kontak langsung dengan seseorang yang terinfeksi. Infeksi dapat diakibatkan oleh virus maupun bakteri, meskipun kebanyakan kasus peradangan berkaitan dengan virus.
Kondisi ini menimbulkan rasa sakit yang tidak nyaman pada tenggorokan, namun sangat jarang memicu komplikasi kesehatan yang serius. Kebanyakan kasus radang amandel akan sembuh dalam beberapa hari.

Seberapa umumkah tonsilitis terjadi?

Tonsilitis adalah kondisi yang sangat umum terjadi. Sebanyak jutaan individu terkena radang tenggorokan setiap tahunnya.
Radang amandel dapat terjadi pada pasien dengan usia berapa saja. Namun, kasus kejadiannya paling banyak ditemukan pada pasien anak-anak hingga remaja, yaitu dengan rata-rata usia 5-15 tahun.
Sementara itu, angka kejadian penyakit ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada pasien laki-laki maupun perempuan.
Tonsilitis adalah penyakit yang dapat diatasi dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko yang ada. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai penyakit ini, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala tonsilitis?

Berdasarkan lama berlangsung dan gejalanya, peradangan amandel dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronis, dan berulang.
Gejala radang amandel umumnya mulai muncul 2-4 hari setelah Anda tertular penyakit ini.
Tanda-tanda dan gejala paling umum dari tonsilitis adalah:
  • Radang tenggorokan
  • Kesulitan atau sakit saat menelan
  • Suara yang serak
  • Batuk
  • Demam yang disertai dengan menggigil
  • Napas bau (halitosis)
  • Kehilangan nafsu makan
  • Sakit kepala
  • Leher kaku
  • Sakit perut
  • Nyeri pada rahang dan leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening
  • Amandel yang tampak berwarna merah dan bengkak
  • Amandel yang memiliki bercak putih atau kuning
  • Kesulitan membuka mulut
  • Kelelahan
Pada pasien anak-anak, kemungkinan terdapat gejala tambahan seperti rewel, nafsu makan menurun, serta berlebihnya air liur.
1. Tonsilitis akut
Radang amandel jenis akut sangat umum terjadi. Bahkan, hampir setiap anak mungkin pernah mengalaminya setidaknya satu kali seumur hidup.
Apabila tanda-tanda dan gejala berlangsung kurang dari 10 hari, kondisi ini termasuk dalam peradangan akut. Apabila gejala tidak kunjung reda lebih dari 10 hari, atau muncul beberapa kali dalam setahun, kondisi tersebut termasuk kronis atau berulang.
Radang amandel akut akan lebih mudah disembuhkan, terutama dengan pengobatan di rumah. Namun, dalam beberapa kasus, penderita mungkin membutuhkan penanganan tambahan, seperti antibiotik.
2. Tonsilitis kronis
Tanda-tanda dan gejala pada radang amandel kronis berlangsung lebih lama dibanding dengan jenis akut. Penderita juga mungkin merasakan gejala-gejala ini lebih lama:
  • Radang tenggorokan
  • Napas berbau tidak sedap
  • Benjolan lunak di leher akibat pembengkakan getah bening
Radang amandel kronis juga berpotensi menimbulkan batu amandel, di mana terjadi penumpukan sel, air liur, dan sisa makanan pada celah amandel. Penumpukan ini dapat mengeras, sehingga terbentuk material seperti batu-batu kecil.
Batu amandel dapat menghilang dengan sendirinya, atau terkadang perlu dibersihkan oleh dokter.
3. Tonsilitis berulang
Radang amandel yang berulang biasanya ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
  • Radang tenggorokan atau amandel terjadi sekitar 5-7 kali dalam 1 tahun
  • Radang amandel terjadi setidaknya 5 kali selama 2 tahun berturut-turut, atau 3 kali selama 3 tahun berturut-turut
Baik tonsilitis kronis maupun berulang yang sudah cukup parah terkadang harus diatasi dengan tonsilektomi, yaitu prosedur operasi pengangkatan amandel.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini:
  • Demam di atas 39.5°C
  • Kelemahan otot
  • Leher kaku
  • Pembengkakan pada leher, disertai dengan kemerahan
  • Sakit atau kesulitan saat menelan
  • Tidak dapat membuka mulut (trismus)
  • Kesulitan bernapas
  • Suara berubah
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Tubuh masing-masing penderita menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang bervariasi. Untuk mendapatkan penanganan yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kesehatan, periksakan apapun gejala yang Anda rasakan ke dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat.

Apa saja komplikasi kesehatan yang dapat diakibatkan oleh tonsilitis?

Peradangan atau pembengkakan pada amandel, terutama pada kasus tonsilitis kronis, berpotensi mengakibatkan beberapa komplikasi kesehatan, seperti:
  • Kesulitan bernapas akibat pembengkakan amandel
  • Pernapasan terganggu saat tidur (sleep apnea)
  • Infeksi yang menyebar ke jaringan sekitar amandel (selulitis tonsil)
Pada kondisi yang lebih serius, kemungkinan dapat muncul nanah di sekitar area yang terinfeksi dan meradang. Kondisi ini disebut dengan abses peritonsil.
Selain itu, apabila peradangan amandel disebabkan oleh bakteri streptococcus grup A atau jenis bakteri streptococcus lainnya, penderita berisiko mengalami kelainan yang cukup langka, seperti:
  • Demam rematik, peradangan yang terjadi di jantung, sendi, dan jaringan lainnya.
  • Glomerulonefritis post-streptokokal, peradangan pada ginjal yang menyebabkan kelainan pada pembuangan sisa metabolisme tubuh.

Penyebab

Apa penyebab tonsilitis?

Amandel merupakan benteng pertama dari pertahanan tubuh Anda. Organ ini memproduksi sel darah putih yang membantu tubuh melawan infeksi.
Amandel akan melawan bakteri dan virus yang masuk melalui mulut atau hidung Anda. Namun, organ ini juga rentan mengalami infeksi dari patogen-patogen tersebut.
Tonsilitis dapat disebabkan oleh virus, seperti yang terdapat di pilek, atau melalui infeksi bakteri, seperti radang tenggorokan.
1. Infeksi virus
Infeksi virus merupakan salah satu penyebab paling umum. Virus yang menyebabkan flu atau pilek cukup sering ditemukan pada kasus radang amandel. Namun, tak menutup kemungkinan jenis virus lain dapat menyebabkan penyakit ini.
Beberapa jenis virus yang paling umum menjadi penyebab radang amandel adalah:
  • Rhinovirus
  • Virus Epstein-Barr
  • Hepatitis A
  • HIV2
2. Infeksi bakteri
Selain virus, bakteri juga dapat memicu terjadinya tonsilitis. Sekitar 15-30 persen kasus radang amandel disebabkan oleh infeksi bakteri.
Bakteri yang paling sering menjadi penyebab utama radang amandel adalah streptococcus, seperti yang ditemukan pada radang tenggorokan. Namun, bakteri jenis lain juga dapat menjadi pemicu.
3. Biofilm
Sebuah penelitian dari Journal of Inflammation Research pada tahun 2018 menunjukkan bahwa radang amandel kronis dan berulang mungkin disebabkan oleh biofilm yang terdapat di lipatan amandel.
Biofilm merupakan sekumpulan mikroorganisme (biasanya bakteria) yang melekat dan membentuk selimut di atas sebuah permukaan tubuh. Pembentukan biofilm dapat juga terjadi karena adanya resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik biasanya terjadi akibat konsumsi antibiotik yang tidak tepat, misalnya minum tidak sesuai dengan dosis yang diberikan.
4. Genetik
Selain itu, ada kemungkinan radang amandel berulang memiliki kaitan dengan kelainan genetik penderitanya.
Beberapa anak dengan radang amandel berulang memiliki kelainan genetik yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh mereka memburuk. Kondisi ini mengakibatkan tubuh tidak dapat melawan infeksi bakteri streptococcus grup A dengan baik.

Faktor-faktor risiko

Apa saja faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko saya untuk terkena tonsilitis?

Tonsilitis adalah kondisi yang dapat terjadi pada hampir setiap orang, terlepas dari berapa usia dan apa kelompok ras penderitanya. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengalami kondisi ini.
Penting untuk Anda ketahui bahwa memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti Anda pasti akan terkena suatu penyakit atau kondisi kesehatan. Faktor risiko hanya akan memperbesar peluang terjadinya suatu penyakit.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tidak menutup kemungkinan seseorang dapat menderita suatu penyakit tanpa adanya satu pun faktor risiko.
Berikut adalah faktor-faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap radang amandel:
1. Usia
Radang amandel paling sering terjadi pada pasien anak-anak berusia 5 hingga remaja berusia 15 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan penyakit ini juga dapat terjadi pada orang dewasa dan lansia.
2. Sering berada di lingkungan penuh kuman
Apabila Anda atau anak Anda sering melakukan kontak langsung dengan orang lain atau lingkungan yang kurang higienis, risiko untuk terkena infeksi virus atau bakteri jauh lebih tinggi.

Diagnosis & pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana mendiagnosis radang tonsilitis?

Dokter biasanya melakukan pemeriksaan fisik dengan mengecek tenggorokan Anda. Setelah itu, dokter juga mungkin akan melakukan kultur tenggorokan, yaitu dengan cara menyeka lembut bagian belakang tenggorokan Anda.
Hasil kultur tenggorokan akan diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi apa penyebab utama dari infeksi. Selain itu, dokter mungkin juga akan meminta Anda menjalani tes pemeriksaan darah lengkap (complete blood count).
Melalui tes darah, dokter dapat mengetahui apakah infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri, sehingga Anda akan diberikan jenis pengobatan yang sesuai.

Bagaimana cara mengobati tonsilitis?

Kasus tonsilitis yang ringan tidak memerlukan pertolongan medis. Namun, jika kasus yang terjadi parah, Anda perlu melakukan perawatan berikut:
1. Antibiotik
Apabila radang amandel disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik untuk membantu tubuh melawan infeksi.
Antibiotik membantu meredakan gejala-gejala peradangan secara lebih cepat. Namun, konsumsi obat-obatan tersebut dapat meningkatkan risiko resistensi antibiotik.
Selain itu, ada kemungkinan terjadi efek samping setelah minum antibiotik, seperti sakit perut. Maka itu, pengobatan ini biasanya hanya diberikan pada kasus radang yang cukup parah dan berpotensi menimbulkan komplikasi.
Dokter biasanya akan meresepkan antibiotik jenis penicillin.
2. Operasi
Prosedur operasi pengangkatan amandel disebut dengan tonsilektomi. Biasanya, prosedur ini hanya dilakukan pada penderita radang amandel kronis atau berulang.
Tonsilektomi dapat meredakan masalah pernapasan atau kondisi kesulitan menelan yang Anda alami. Namun, prosedur ini juga meningkatkan risiko Anda untuk terkena infeksi pada jangka panjang.
Umumnya, penyakit ini memiliki peluang yang cukup besar untuk sembuh. Setelah pengobatan selesai, kebanyakan pasien tidak akan mengalami kondisi yang sama atau komplikasi kesehatan di lain waktu.
Sebagian besar kasus tonsilitis, terutama yang diakibatkan oleh virus, akan membaik dalam waktu 7 hingga 10 hari.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan-perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi tonsilitis?

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi radang amandel:
  • Minum banyak cairan, terutama air putih
  • Istirahat yang cukup
  • Kumur dengan air garam hangat beberapa kali sehari
  • Mengonsumsi pelega tenggorokan
  • Gunakan humidifier untuk melembabkan udara di ruangan
  • Hindari asap
               

Penjelasan secara lengkap mengenai Influenza adalah sebagai berikut : 

Apa yang dimaksud dengan influenza?

Influenza atau flu adalah infeksi virus pada saluran pernapasan. Influenza (flu) adalah kondisi yang datang secara tiba-tiba, biasanya berlangsung selama 7 sampai 10 hari. Influenza A
Influenza A 
adalah penyebab epidemi flu musiman hampir setiap tahun di Amerika Serikat. Virus influenza A adalah jenis yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. 
Influenza A adalah satu-satunya virus yang dapat menyebabkan pandemi, yaitu penyebaran penyakit secara global. Flu burung dan flu babi disebabkan oleh virus ini. Influenza B
adalah virus yang juga dapat menyebabkan epidemi flu musiman yang hanya menyerang manusia. Virus influenza B bermutasi lebih lambat daripada jenis A. 
Influenza C
Influenza C adalah penyebab beberapa penyakit ringan. Namun, virus ini tidak dapat menciptakan epidemi, atau kasus baru di masyarakat.  
Influenza D
Influenza D adalah virus yang seringkali menyerang ternak dan tampaknya tidak menginfeksi manusia. 
Influenza (flu) adalah kondisi yang bisa hilang begitu saja dan ada yang diobati menggunakan obat obatan alami atau obat resep. Kebanyakan influenza adalah penyakit yang umumnya bisa sembuh sepenuhnya. 
Namun, bagi orang tua, balita, dan orang dengan imunitas yang lemah, flu bisa memicu kondisi yang lebih parah dan bahkan mengakibatkan kematian akibat komplikasi. Tipe lain dari flu adalah flu babi (HIN1), flu burung (H5N1, H7N9), dan lain-lain.
Setiap tahun terdapat 10% hingga 15% kasus influenza, memengaruhi 250.000 – 500.000 orang. Jenis baru dari influenza A/H1N1 menyebabkan wabah pada Juni 2009. Kebanyakan orang terjangkit pada musim gugur dan musim dingin.

Seberapa umumkah influenza?

Flu adalah kondisi yang sangat umum dan bisa memengaruhi pasien dari segala usia. Influenza adalah kondisi yang bisa dihindari dengan mengurangi faktor risiko Anda. Silakan mendiskusikan dengan dokter Anda untuk info lebih lanjut. 
Orang dewasa biasanya terjangkit influenza 2-3 sekali per tahun sedangkan anak-anak bisa mencapai 6-7 kali per tahun.

Tanda-tanda dan gejala

Apa sajakah tanda-tanda dan gejala dari influenza?

Gejala influenza umumnya datang secara tiba-tiba. Tanda dan gejalanya biasanya mulai dari 24 sampai 48 jam setelah terpapar virus flu. Gejala dan demam terburuk biasanya berlangsung selama 3 sampai 5 hari. Tanda dan gejalanya seperti 
  • Panas tinggi (setinggi 400C)
  • Panas dingin dan nyeri otot 
  • Merasa sangat lemah atau lelah
  • Sakit kepala
  • Sakit mata
  • Batuk dan bersin
  • Sakit tenggorokan
  • Hidung meler
  • Sakit perut (terlebih pada anak-anak dibandingkan orang dewasa)
  • Batuk dan merasa sangat lemah dan lelah bisa bertahan hingga 6 minggu.
Mungkin ada beberapa tanda dan gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda mempunyai kekhawatiran mengenai gejala influenza, silakan berkonsultasi dengan dokter Anda.

Kapan saya harus ke dokter?

Kebanyakan orang yang terkena flu dapat mengobati dirinya sendiri di rumah dan biasanya tidak perlu ke dokter.
Jika Anda menunjukkan gejala flu dan berisiko komplikasi, pergilah ke dokter segera. Mengonsumsi obat antivirus dalam 48 jam pertama setelah munculnya gejala utama dapat mengurangi lamanya Anda mengidap penyakit dan membantu mencegah masalah yang lebih serius.

Penyebab

Apa penyebab influenza?

Influenza atau flu adalah kondisi yang disebabkan oleh virus yang bisa dikaterogikan. Anda jenis flu dari  jenis A, B atau C. Jenis A adalah yang paling umum.
Orang yang terkena virus penyebab influenza akibat menghirup udara yang sudah tercemar virus dari orang lain yang terinfeksi (misalnya melalui batuk atau bersin), atau dari menyentuh sesuatu yang sudah disentuh orang yang terinfeksi.
Influenza adalah kondisi yang bisa menyebar melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau jika Anda memakan daging hewan tersebut.
Orang yang terkena virus influenza mungkin menularkan penyakitnya bahkan sebelum mereka merasakan gejala. Kecenderungan menularkan virus itu berlanjut sejak gejala awal muncul hingga lima hari kemudian. 
Anak-anak dan orang-orang dengan sistem kekebalan lemah mungkin menularkan virus tersebut untuk waktu yang lebih lama. 
Virus influenza adalah virus flu yang terus berubah dan akan selalu muncul jenis baru. Jika Anda pernah mengidap influenza, tubuh Anda telah membuat antibodi untuk melawan jenis virus serupa lainnya. 
Itu adalah hal yang membuat Anda lebih “kebal” dari terinfeksi virus influenza atau flu. Jika suatu hari Anda mengidap flu yang mirip dengan yang pernah Anda lalui, antibodi tersebut adalah senjata yang dapat mencegah atau mengurangi infeksi. 
Namun, antibodi terhadap virus flu yang Anda temui di masa lalu tidak dapat melindungi Anda dari jenis influenza baru yang dapat sangat berbeda. 

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya terkena influenza?

Beberapa faktor risiko untuk influenza adalah:
1. Usia
Influenza musiman cenderung menyerang balita dan orang tua. Influenza adalah kondisi yang cenderung menyerang anak-anak di bawah 1 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. 
2. Kondisi tempat tinggal
Orang yang tinggal di fasilitas bersama dengan banyak penghuni, seperti panti jompo atau asrama tentara, lebih sering terkena influenza. Orang yang dirawat di rumah sakit juga adalah pihak yang punya risiko tinggi terkena flu. 
3.Sistem kekebalan tubuh lemah
Pengobatan kanker, obat anti penolakan, kortikosteroid, dan HIV/AIDS bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda. Hal ini bisa membuat Anda lebih mudah tertular influenza dan bisa juga meningkatkan risiko Anda terkena komplikasi.
4. Penyakit kronis
Kondisi kronis, seperti asma, diabetes, atau jantung, bisa meningkatkan risiko Anda terjangkit komplikasi akibat influenza.
5. Hamil
Wanita hamil lebih mungkin untuk terjangkit komplikasi influenza, terutama dalam trimester kedua dan ketiga. Wanita yang baru melahirkan hingga dua minggu setelahnya adalah juga pihak berisiko mengembangkan komplikasi yang berhubungan dengan flu. 
6. Kegemukan
Orang dengan Indeks Massa Tubuh sebesar 40 atau lebih memiliki peningkatan risiko komplikasi dari flu.
7. Penggunaan aspirin di bawah usia 19 tahun
Orang yang lebih muda dari 19 tahun dan menerima aspirin jangka panjang berisiko terkena sindrom Reye jika terinfeksi influenza. 

Komplikasi

Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi dengan influenza?

Jika Anda berusia muda dan sehat, influenza adalah kondisi yang tidak serius. Meskipun Anda mungkin merasa tidak nyaman ketika menghadapinya, flu biasanya pergi dalam satu atau dua minggu tanpa efek apapun. 
Namun, komplikasi akibat influenza atau flu yang mungkin terjadi adalah:
Pneumonia adalah komplikasi flu yang paling serius. Untuk orang tua dan orang dengan kondisi kronis, pneumonia dapat berakibat fatal.

Pengobatan

Informasi yang diberikan bukan merupakan pengganti anjuran medis. SELALU konsultasikan dengan dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan untuk influenza?

Beberapa pilihan pengobatan untuk menangani influenza adalah:
1. Obat-obatan
Flu adalah kondisi yang bisa diatasi. Pengobatan yang paling baik adalah istirahat. Influenza tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik, tetapi pengobatan lainnya bisa mengendalikan gejalanya, dan obat-obatan lain (antivirus) bisa memperpendek durasinya. 
Untuk mengatasi ketidaknyamanan, obat non-aspirin, seperti acetaminophen dan ibuprofen, sirup batuk, dan dekongestan bisa digunakan. Jangan memberikan aspirin kepada anak-anak berusia kurang dari 16 tahun karena akan sangat meningkatkan risiko terkena Reye’s Syndrome.
2. Menghirup uap hangat
Menghirup uap hangat dapat melegakan hidung yang tersumbat dan membantu mengencerkan sekret hidung (ingus). Tuangkan air panas ke dalam baskom lalu hirup uap hangat yang dihasilkan oleh air panas tersebut. 
3. Menggunakan minyak esensial
Minyak esensial yang beraroma dapat ditambahkan. Anda dapat menggunakan selimut untuk membuat ruang tertutup bagi kepala Anda dan baskom agar uap air dapat terfokus ke hidung Anda. 
Tundukkan kepala Anda agar dapat mengarahkan uap air dengan lebih baik. Perbanyak minum air putih untuk mengencerkan sekret hidung (ingus).

Tes apa yang paling umum untuk influenza?

Dokter akan membuat diagnosis dari gejala-gejala yang Anda alami. Dokter juga bisa melakukan tes untuk memastikan diagnosis tersebut.
Tes tersebut bisa melibatkan sampel cairan dari ingus atau menggunakan sampel darah. Dokter juga bisa meminta x-ray untuk mengecek adanya pneumonia (komplikasi).

Pengobatan di rumah

Apa sajakah perubahan gaya hidup atau pengobatan di rumah yang membantu mengatasi influenza?

Gaya hidup dan pengobatan di rumah yang bisa membantu Anda mengatasi influenza (flu) adalah:
  • Mandi air hangat atau kompres dengan bantalan pemanas bisa membantu meringankan nyeri otot. 
  • Menghirup uap hangat misalnya dengan vaporizer dapat membantu mengencerkan sekret hidung (ingus)menipiskan sekres.
  • Berkumur dengan air garam hangat atau obat kumur bisa meringankan sakit tenggorokan.
  • Minum air yang banyak adalah yang paling penting.
  • Perbanyak cairan dalam tubuh: minum 2 liter air putih setiap harinya untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dan konsumsi suplemen vitamin untuk daya tahan tubuh
  • Istirahat yang cukup: orang dewasa sehat membutuhkan waktu tidur ideal antara 7- 8 jam sehari untuk memberikan waktu bagi otot dan pikiran beristirahat
  • Konsumsi obat penghilang rasa sakit: Konsultasi dengan dokter atau apoteker Anda untuk mendapat obat penghilang rasa sakit, baik resep/nonresep. Obat-obatan ini dapat mengurangi rasa sakit yang diasosiasikan dengan pilek.

Pencegahan

Apa pencegahan yang dapat saya lakukan untuk menghindari influenza?

Menurut WHO, cara terbaik untuk terhindar dari influenza adalah dengan mendapatkan vaksin flu setiap hari. Influenza adalah virus flu yang akan berevolusi secara terus menerus. Karena itu, WHO membuat rekomendasi untuk memperbaharui komposisi vaksin. 
WHO merekomendasikan vaksinasi tahunan untuk kelompok berisiko tinggi, termasuk petugas kesehatan. Vaksinasi influenza adalah langkah yang idealnya dilakukan sebelum musim flu dimulai. Namun, mendapatkan vaksinasi influenza kapan pun masih dapat membantu Anda terhindar dari flu. 
Vaksin flu adalah zat yang mengandung perlindungan dari tiga atau empat virus influenza yang diharapkan menjadi yang paling umum dalam musim flu di tahun itu. Vaksin tersedia dalam bentuk suntikan dan semprotan hidung. 
Namun menurut Mayo Clinic, ada kekhawatiran bahwa vaksin semprotan adalah cara yang tidak cukup efektif terhadap jenis influenza tertentu. Namun, vaksin semprotan diharapkan dapat efektif pada musim 2019-2020. 
Semprotan hidung masih tidak dianjurkan untuk beberapa kelompok, seperti wanita hamil, anak-anak berusia 2-4 tahun dengan asma, dan orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh terganggu
Kandungan sebagian besar vaksin influenza adalah sejumlah kecil protein telur. Jika Anda memiliki alergi telur ringan, efek samping vaksin influenza yang akan Anda rasakan adalah gatal dan Anda tidak perlu mendapatkan upaya pencegahan lainnya.
Jika Anda memiliki alergi telur parah, Anda harus mendapat vaksinasi dalam pengaturan medis dan diawasi oleh dokter.  
Jika Anda mempunyai pertanyaan, silahkan konsultasikan dengan dokter Anda yang mengerti solusi terbaik bagi Anda.